Kabogor.web.id - Isu perubahan iklim (climate change) merupakan isu penting untuk dibahas dan
disosialisasikan mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kehidupan di
bumi, baik bagi manusia, maupun bagi kehidupan flora dan fauna. Guna
membangkitkan kesadaran terhadap isu-isu perubahan iklim, maka digagas Climate Communication Forum yang bertemakan
“Young Indonesians Want to Save You from
Climate Change”.
Forum ini diselenggarakan oleh Center for Public Relations, Outreach and Communication (CPROCOM) Sabtu, 11
Agustus 2018 di CPROCOM—Bogor dalam rangka Hari Konvervasi Alam Nasional (HKAN)
10 Agustus 2018 dan HUT Kemerdekaan RI ke-73. Kegiatan ini juga bekerjasama
dengan The Climate Reality Project
(TCRP) Indonesia dan Majalah Sains Indonesia, serta didukung oleh perusahaan
Fajar Paper, Triputra Group, Mifa Bersaudara, dan L’Oreal Indonesia.
“Anak muda memiliki peran penting dalam penanganan
perubahan iklim, karena mereka akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan.
Mereka dapat memberikan inspirasi bagi teman-temannya dengan cara sederhana,
seperti bawa botol minum dan kantong belanja, jalan kaki untuk jarak dekat, dan
menggunakan listrik/handphone seperlunya,” ujar Emilia Bassar, Founder dan CEO
CPROCOM. “Saat menggunakan media sosial, mereka dapat berbagi informasi tentang
isu-isu perubahan iklim yang dapat berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi,
dan kesehatan,” ujar Emil yang juga menggagas kegiatan ini.
Oleh karena itu, CPROCOM mengajak anak-anak muda
untuk melakukan aksi nyata dalam penanganan perubahan iklim dan menyelamatkan
bumi Indonesia dari berbagai bencana dan kerusakan akibat perubahan iklim. Selain
itu, Emil yang juga merupakan relawan TCRP Indonesia, mengamati bahwa sangat
jarang praktisi komunikasi/Humas yang terlibat dalam kegiatan perubahan iklim.
Maka ia berinisiatif untuk mengumpulkan para akademisi dan praktisi komunikasi
dan perubahan iklim, agar dapat bekerjasama dan membangun
jejaring dalam menyampaikan informasi serta melakukan
aksi nyata penanganan perubahan iklim sehingga lebih besar dan massif.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Lia
Zakiyyah dari Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim,
“Keberadaan para ahli komunikasi penting untuk menjelaskan tentang perubahan
iklim karena masih banyak masyarakat yang tidak tahu tentang terjadinya
perubahan iklim. Padahal, perubahan iklim adalah masalah
paling besar yang dihadapi negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia.”
Menurut Lia Zakiyyah, tantangan komunikasi perubahan
iklim diantaranya: penyebab perubahan iklim yang tidak tampak, dampaknya
seolah-olah jauh dari kehidupan sehari-hari, aktivitas
manusia tidak langsung berhubungan dengan alam, dan hasil dari aksi-aksi
perubahan iklim tidak bisa langsung dirasakan. Epri Wahyu Pratiwi, Captain
Climate Rangers, yang membawakan topik “Youth
Leadership for Climate Action”, memaparkan latar belakang pentingnya
kepemimpinan anak muda mengatasi dampak perubahan iklim. Di antara alasannya,
anak muda memiliki banyak kegiatan, memiliki banyak waktu, dan selalu update
teknologi. Dengan begitu, mereka perlu diberikan pemahaman tentang apa yang dibutuhkan
untuk membuat iklim lebih baik dan melakukan aksi di antara waktu yang mereka
miliki. Sementara Ivan Pramana Putra, Founder of Mushroom Entrepreneur dan
Dosen Biologi IPB, mengajarkan inovasi pemanfaatan sumberdaya alam berbasis
jamur non konsumsi pangan dilingkungannya untuk menghasilkan kegiatan berdampak
ekonomi bagi anak muda. Ia memperkenalkan anak-anak muda produk None yang
‘berbahan jamur’, seperti gantungan kunci, lukisan, dan boneka. Ia berharap
bisa mengajak anak-anak muda untuk melakukan inovasi bisnis berbahan baku alami
dengan tetap menjaga kelestariannya.
Lima puluhan peserta dari kalangan mahasiswa, dosen,
pemerintah, perusahaan swasta, pegiat LSM, dan media nampak antusias mengikuti
pemaparan dan diskusi Climate
Communication Forum ini. Apalagi saat Herlina Agustin selaku Dewan
Penasihat PROFAUNA Indonesia yang juga Dosen Komunikasi Universitas Pajajaran
(Unpad), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara dengan megadiversiti
terbesar ketiga setelah Brazil dan Chili. Disamping itu, Indonesia adalah
menjadi habitat bagi satwa-satwa endemik. Meskipun kaya, namun Indonesia
dikenal sebagai negara yang memiliki daftar panjang tentang satwa liar yang
terancam punah. Menurut IUCN 2011, ada 184 jenis mamalia, 119 jenis burung, 32
jenis reptil, dan 32 jenis amfibi yang terancam
punah. Untuk itu, perlu adanya kesadaran dan cara untuk melindungi satwa-satwa
langka yang berdampak terhadap kehidupan ekosistem.
Amanda Katili dari Kantor Utusan Khusus Presiden
untuk Pengendalian Perubahan Iklim dan juga Manajer TCRP Indonesia turut
memberikan masukan dalam forum tersebut. Ia mengatakan “Perubahan iklim adalah
permasalahan global yang terjadi akibat berbagai kegiatan manusia, terutama
penggunaan bahan bakar fosil dan perubahan tataguna lahan, seperti penebangan
hutan. Dengan aktivitas manusia tersebut, semua
mengeluarkan gas-gas rumah kaca yang kemudian menyebabkan terjadinya pemanasan
global.”
Dampak lanjutan dari pemanasan global adalah
perubahan iklim serta menyebabkan bencana. Pertanyaannya, bagaimana kita
mengatasi bencana alam dengan mengurangi eskploitasi alam yang berlebihan? Oleh
karena itu, penting melakukan kampanye dan aksi nyata yang melibatkan berbagai
elemen masyarakat termasuk anak-anak muda dalam mengatasi perubahan iklim agar
tidak menjadi bencana yang mengerikan. (Emil/Gusaef)
Posting Komentar untuk "Pemuda Indonesia, Agen Perubahan Mengatasi Perubahan Iklim"