Kabogor.id - Drama
pengurbanan Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS lewat mimpi jangan dipahami sebagai
mimpi biasa. Mimpi Ibrahim bagian dari kenabian. Sebagaimana seorang yang saleh
mimpinya juga bagian dari kenabian walaupun tidak sampai menjadi nabi.
Mimpi
Ibrahim dengan peristiwa kurban tidak akan terjadi pada manusia lainnya. Andaikan
ada itu merupakan bisikan setan. Mimpi Ibrahim itu sabagai media Wahyu dan
menguji kesabaran keduanya. Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Q.s. Ash-Shaffat:102). Ibrah mimpi ini sebagai
pembelajaran dalam konteks pendidikan regenerasi agar memiliki karakter tauhid
yang kukuh untuk melanjutkan misi Rabbani.
Menjadi
Uswatun Hasanah (teladan) sebagaimana Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim
dikenal sebagai abuddin, bapak semua agama: Yahudi, Kristen, dan Islam. Ujian
terberat yang dialamai Ibrahim karena ia akan menjadi imam para pembawa agama
dunia. Allah SWT memberikan Keteguhan hati, Ulul Azmi , yang merupakan
derajatnya.
Penyelenggaraan kurban pada setiap zaman hakikatnya melanjutkan misi Karakter Rabbani Nabi Ibrahim, menjadi manusia
bertauhid, kukuh jiwanya, teguh pendiriannya, bijaksana kepemimpinannya, berani
dan bertanggung jawab.
Penulis: Dr. KH. M.
Abduh Almanar, M. Ag.
(Pengasuh Pondok Pesantren Al Irsyadiyyah, Cibeuteung Udik, Kab.
Bogor, Jawa Barat)
Posting Komentar untuk "Hakikat Kurban"