Kabogor.id - Ingatlah, ulama adalah sosok yang istimewa di mata Allah. Mereka dinaikkan derajatnya oleh Allah SWT beberapa tingkat di atas manusia lain:
Allah meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan (QS al-Mujadilah [58]: 11).
Tidak ada manusia yang diberi oleh Allah SWT, melainkan para ulama. Sabda Nabi Muhammad SAW artinya:
Siapa saja yang Allah kehendaki untuk mendapatkan gambar, Dia akan menjadikan dirinya faqih dalam agama (HR Muttafaq 'alayhi).
Nabi Muhammad SAW menyebutkan ketinggian derajat para ulama di dunia ini dibandingkan dengan segenap manusia. Sabda beliau, artinya:
Permisalan ulama di muka bumi seperti bintang yang ada di langit. Bintang dapat memberi petunjuk kepada orang yang berada di gelap malam, di daratan maupun di lautan. Jika bintang tak muncul, manusia tak mendapatkan petunjuk (HR Ahmad).
Para ulama disebut oleh Rasulullah SAW sebagai pewaris para nabi. Di tengah umat ini, tak ada satu pun yang layak disebut pewaris para nabi melainkan para ulama. Sabda Nabi Muhammad SAW, artinya:
Sungguh ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Siapa saja yang mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak (HR at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Para ulamalah yang paling dekat dengan para nabi dalam urusan agama. Mereka berpaling dari dunia, menghadap akhirat dan kedudukan mereka terhadap umat adalah sebagai pengganti dari para nabi.
Saking tingginya derajat mereka,
para ulama oleh Allah diberi kesempatan untuk memberikan syafaat pada Hari
Kiamat. Sabda Nabi Muhammad SAW, artinya:
Akan memberi syafaat pada Hari Kiamat tiga golongan: para nabi, ulama, lalu para syuhada (HR Ibnu Majah).
Oleh para ulama lah agama dan umat ini terjaga. Jika para ulama telah tiada, ilmu akan lenyap dan umat pun akan mudah tergelincir dalam kesesatan. Sabda NabiMuhammad SAW, artinya:
Sungguh Allah SWT tidak mencabut ilmu dengan mencabut ilmu itu dari manusia. Namun, Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama (HR al-Bukhari).
Dalam mukadimah Kifayah al-Akhyar, dituliskan perkataan Umar bin al-Khaththab ra., “Kematian seribu ahli ibadah yang senantiasa bangun malam untuk shalat dan berpuasa pada siang hari lebih ringan dari kematian satu orang alim yang mengetahui apa yang Allah halalkan dan apa yang Dia haramkan.”
Inilah derajat agung yang hanya
dimiliki para ulama.
Pertanyaannya, apakah mereka yang disebut ulama itu benar-benar ulama? Bukan ulama namanya kalau berilmu tapi lancang kepada Allah SWT, memutarbalikkan hukum-hukum Allah, menjual ayat-ayat Allah, menjilat penguasa, dan bersekutu dengan kezaliman. Ulama bukan semata mereka yang faqih fiddin (paham agama), tetapi pribadi-pribadi yang punya rasa takut paling tinggi kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Firman-Nya, artinya:
Sungguh di antara hamba-hamba Allah
yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama (QS Fathir [28]: 28).
Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, "Bukanlah yang dikatakan orang berilmu itu orang yang banyak hafal hadis. Akan tetapi, yang dinamakan orang berilmu adalah orang yang amat besar rasa takutnya (kepada Allah).”
Akhirnya, mari kita hormati para ulama yang memiliki rasa takut kepada Allah SWT, giat amar maruf nahi mungkar, berjuang untuk menegakkan agama-Nya . Ingatlah peringatan Allah dalam hadis qudsi: “Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, sungguh Aku telah mengumumkan perang kepada dirinya.” (HR al-Bukhari).
Posting Komentar untuk "Menghormati Ulama"