Refleksi Cinta Kepada Nabi Di Bulan Maulid

 


Kabogor.id- Kita telah memasuki bulan Rabbiul Awwal, bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.   Berbagai acara biasanya diadakan untuk memperingati hari kelahiran beliau SAW, orang yang paling berjasa bagi kita semua sehingga kita dalam iman dan Islam.

 

Lalu apa wujud cinta kepada beliau?   Menarik apa yang dituturkan Anas bin Malik ra: Seorang Arab berkata kepada Rasul SAW, Kapan Hari Kiamat? Rasulullah SAW bertanya kepada dia, Apa yang telah engkau siapkan untuk menghadapi Hari Kiamat? Dia mengucapkan, Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Beliau bersabda, Engkau bersama dengan yang engkau cintai. (HR Muslim, an-Nasai, al-Bazzar, dan Ibnu Khuzaimah).

 

Tentu, tak ada seorang Muslim pun yang tidak ingin bersama Nabi SAW kelak. Maka, kecintaan kepada Nabi SAW harus diwujudkan sekarang. Bukan sembarang cinta, apalagi cinta dusta. Tetapi cinta yang nyata dan sempurna.

 

Anas bin Malik ra menuturkan bahwa Rasul SAW bersabda,

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dia cintai anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia.”

(HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, an-Nasai, al-Baihaqi, al-Hakim, dan Ibnu Hibban).

 

Itulah mengapa dulu para Sahabat senantiasa berlomba-lomba menunjukkan cinta mereka kepada Rasulullah SAW. Mereka biasa mendahulukan Rasulullah SAW di atas segala urusan dan kepentingan mereka. Mereka lebih mengutamakan Rasul SAW. atas siapa pun, termasuk atas saudara dan kerabat mereka, bahkan atas orang tua mereka sendiri.

Rasulullah SAW bersabda:

Ada tiga hal, yang jika ketiganya ada pada siapa saja, niscaya dia merasakan kelezatan iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari selain kelebihan; dia mencintai seseorang hanya karena Allah; dan dia benci benci

(HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Kecintaan hamba kepada Rabb-nya adalah dengan melakukan ketaatan kepada-Nya. Tidak menyalahi-Nya. Demikian juga kecintaan kepada Rasulullah SAW.

Wujud cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya adalah dengan menaati syariah-Nya. Ketaatan pada syariah-Nya harus di atas ketaatan pada selainnya, baik tokoh, cendekiawan, ajaran, aturan, paham, hukum, ideologi dan lain-lain.

Karena itu, cinta kepada Allah SWT harus dibuktikan secara nyata dengan mengikuti dan meneladani Rasulullah SAW, yakni dengan mengikuti risalah yang beliau bawa. Itulah syariah Islam. Allah SWT berfirman:

Katakanlah, "Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS Ali Imran [3]: 31).

 

Imam Ibnu Katsir di dalam Tafsir al-Qurân al-Azhîm menjelaskan ayat ini dengan pernyataan, Ayat yang mulia ini menetapkan bahwa siapa saja yang mengklaim cinta kepada Allah, sedangkan ia tidak berada di jalan Muhammad SAW. (tharîqah al-Muhammadiyyah), maka ia berdusta sampai ia mengikuti syariah Muhammad SAW secara total.

Jadi cinta yang hakiki akan melahirkan ketaatan. Ketaatan merupakan bukti kecintaan.

Semua itu akan menjadi kunci mendapatkan penjagaan dari Allah SWT.

Rasul SAW berpesan:

Jagalah Allah niscaya Allah menjagamu.  Jagalah Allah niscaya engkau mendapati Allah di hadapanmu... (HR at-Tirmidzi dan Ahmad).

 

Al-Hafizh Ibnu Rajab di dalam Jâmi’ al-‘Ulûm wa al-Hikam menjelaskan: IhfazhilLâh (Jagalah Allah) maksudnya adalah menjaga hudûd, hak-hak, perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya.  Menjaga semua itu adalah dengan menaati perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-larangan-Nya dan tidak melanggar hudûd (batasan-batasan)-Nya. 


Posting Komentar untuk "Refleksi Cinta Kepada Nabi Di Bulan Maulid"