Pemimpin Memikul Tanggungjawab Besar



Kabogor.id-Pemimpin itu ibarat jantung dan kepala dari tubuh manusia. Dia menjadi penggerak segala urusan yang dipimpinnya. Jika berhenti saja tidak Anda, maka urusan orang banyak akan berhenti pula. Pepatah mengatakan, ikan busuk dimulai dari kepala, artinya baik dan buruk urusan umat dan bangsa tergantung pada para pemimpinnya. Sungguh penting dan strategis posisi serta peran para pemimpin di manapun mereka berada.


Nabi Muhammad dan para Nabi sebelumnya merupakan figur pemimpin umat manusia yang menjadi uswah hasanah dan menebar rahmat bagi semesta. Sayyidina Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Azis, Iskandar Dzulqarnain, Mahatma Ghandhi, Nelson Mandela, dan para pemimpin dunia lainnya telah menggoreskan tinta emas yang mencerahkan dunia. Rakyat, negara, dan umat manusia menjadi aman, damai, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat karena kemuliaan para pemimpinnya.


Sebaliknya karena ulah tangan pemimpin ugal-ugapan seperti Fira'un, Hitler, Mussolini, Pol Pot, serta sederet para diktator dan pemimpin tiran yang ultra-keras dan psikopat, maka kehidupan manusia dan lingkungannya porak poranda dan mengalami kehancuran. Kehidupan menjadi anarki dan kacau karena jiwa, pikiran, dan tindakan berwenang-wenang dari para pemimpinnya yang haus kuasa, rakus, dan melakukan sekehendaknya.


Muhammad Rasulullah adalah uswah hasanah, baginda adalah pemimpin sejati sebagai uswah hasanah, berakhlak agung, dan menebar rahmat bagi semesta alam. Kesaksian Aisyah membuktikan Nabi sebagai Al-Quran yang hidup, yang keteladanannya terus berjalan dalam segala zaman dan keadaan. Akhlak Nabi sungguh mulia, kata tindakan, dan memancarkan pencerahan bagi semesta. Inilah sang pemimpin segala umat dan zaman nan sejati. Menurut Mohammad Iqbal Nabi tidur di alas tikar bersahaja, tetapi pengaruhnya mengguncang tahta Kisra.


Para pemimpin muslim sebagai penerus dan pengikut Nabi tentu akan meneladani kepemimpinan Nabi. Para pemimpin umat dan bangsa bukan jiwa dan pikirannya yang menjadi teladan terbaik, bahkan ucapan atau lisan dan tindakannya pun memancarkan keteladanan utama. Dari lisannya lahir ujaran damai, halus kata, menenteramkan, dan memancarkan pencerahan bagi umat dan sesama. Pemimpin muslim harus menampilkan teladan antara kata dan perbuatan, bukan sebaliknya indah di ujaran dan retorika tetapi miskin keteladanan.


Para pemimpin umat dan bangsa juga bertindak yang jujur, amanat, tablig, dan fathanah sebagaimana akhlak utama Nabi Muhammad sang teladan. Dari perbuatan para pemimpin umat dan bangsa dibuat bajik lahir dan batin, aman sentausa, makmur dan segala kemuliaan kemuliaan. Lebih-lebih dalam masyarakat partrimonial yng menempatkan figur pemimpin segala-galanya, maka hadirkan perangai para pemimpin nan mencerahkan.


Para pemimpin tidak memperbodoh dan membiarkan umat serta bangsanya terus dibodohi dengan cara memimpin menara gading yang bersinggasana di atas takhta tinggi tanpa menginjak bumi. Tidak pula bak burung Merak yang mengepak-ngepakkan sayap dan bulunya yang indah hanya untuk meninabobokan dan bangsanya dalam segala mimpi milenari yang membuat umat dan bangsa terbuai tak henti-hentinya oleh para pemimpinnya.


Para pemimpin ketika hadir di tengah-tengah umat dan bangsa bangsa yang tulus dan terpercaya, tidak bermain dengan citra dan umbar janji palsu. Para pemimpin pun tak patut ugal-ugalan dalam ujaran dan tindakan. Segala yang dilakukan para pemimpin akan memantul pada umat dan bangsa yang dipimpinnya. Ketika umat dan rakyat garang, keras, dan pemarah maka boleh jadi berlebihan dari gerakan dan tampilan para pemimpinnya.


Para pemimpin apapun yang akan menunaikan amanat kepemimpinannya. Amanat itu bukan menampilkan suara politik rakyat sebabai mandat semata-mata kuasa. Artinya mandat rakyat yang melanda seluruh jiwanya sebagai pemimpin negeri dan wakil rakyat itu harus menjadi amanat yang wajib ditunaikan dengan komitmen tinggi, mandat itu benar-benar menjadi kewajiban dan tanggung jawab politik sebagai pemimpin rakyat. Jangan suara politik dengan mengabdi kepada pihak selain rakyat apakah mereka cukong, bohir, dan siapapun sebagai pembayaran hutang-politik.


Dalam persepektif Islam, mandat atau amanat kekuasaan itu bukan hanya urusan dengan sesama manusia, tetapi juga dengan Allah Yang Maha Kuasa. Menjadi pemimpin harus amanah dan adil yang harus dipertanggujawabkan kepada Allah. Rasulullah bahkan memberi peringatan keras, siapa yang diberi amanat mengurus urusan rakyat sedangkan ia menyia-nyiakan dan mengkhianatinya, maka bagi mereka terlahang jalan ke surga. Pemimpin bahkan harus menjadi suri teladan yang baik mengikuti uswah hasanah Nabi. Maka, betapa penting dan berat menjadi pemimpin umat maupun bangsa.


_Wallahu a’lam bishshawab_

Prof Dr Haidar Nashir

Posting Komentar untuk "Pemimpin Memikul Tanggungjawab Besar"